Semua orang punya mimpi dan cita-cita. Dulu waktu kecil kalau ditanya, saya pengen jadi apa kalau uda besar, pasti jawabannya macam-macam dan berubah-ubah. Dari arsitek hingga dokter. Tapi ada satu cita-cita waktu kecil saya yang belum pernah saya sampaikan ke siapapun. Mungkin karena dulu masih kecil, takut dianggep sok gede dan yang lainnya.
Waktu kecil, saya punya cita-cita pengen punya yayasan sosial. Mungkin itu sekitaran SD – SMP kali ya. Saya juga ga ngerti kenapa bisa kepikiran pengen punya yayasan sosial. Salah satu pikiran simpel saya waktu itu sepertinya adalah yayasan itu uangnya banyak! Dan uangnya buat menolong orang lain. Mungkin sayang sering lihat di tv ato di jalan kalau ada yayasan sedang memberikan sumbangan, yayasan panti asuhan dan lain-lain. Jadi kalo saya pingin membantu orang lain,maka simpelnya saya pingin punya yayasan biar duitnya banyak dan duitnya bisa buat menolong orang. Simpel kan!
Ah ternyata ga simpel. Semua memang jadi ga simpel setelah kita dewasa dan merasakan pahit dan manisnya dunia..hahaha.. ternyata, yang banyak uangnya adalah orang/lembaga yang mendonor atau menyumbang ke yayasan itu. Lain lagi halnya, yayasan itu macem macem tipenya. Ga cuman yayasan sosial, tapi ada yayasan pendidikan, dan lain lain. Dan lagi, yayasan itu termasuk Third Sector Organisation, non profit dan bisa didirikan untuk tujuan sosial, kemanusiaaan, keagamaan dan lain lainya (ini kalau ga salah inget pas dulu kuliah hahaha).
Jadi intinya, pendapat saya masa kecil ga sesuai dengan kenyataan yang ada. Kalau mau punya banyak duit ya kerja atau jadi wirausaha trus pendapatannya disisihkan buat bantuin orang lain. Itu uda paling bener sih. Hahahaha
Anyway, bukan point yayasan ataupun uang banyak yang mau saya highlight.
Baru hari ini saya berpikir dan mengulang kembali ingatan-ingatan saya dulu. Dan saya berada pada satu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil setelah makan martabak manis dan telor sampe kekenyangan. Jadi gatau deh apa kesimpulannya valid apa ga. Hahaha. Tapi ga usa dianggap serius kesimpulan ini.
Kesimpulan nya adalah, saya tidak perlu punya banyak uang untuk membantu orang lain, membuat orang lain bahagia dan diri saya sendiri bahagia. Dalam keadaan uang saya sedikit pun, saya bisa tetap menolong dan memberi kebahagiaan kepada orang lain.
Bukan berarti menurut saya uang ga penting ya. Saya mau punya banyak uang. Tapi saya yakin berapapun rejeki yang dikasi Allah kepada saya, saya tetap bisa membantu orang lain dan membuat orang lain bahagia, dan akhirnya membuat saya sendiri bahagia.
Membantu orang lain, tidak harus secara materi. Memberikan perhatian, dorongan semangat, dan menjadi pendengar yang baik adalah beberapa contoh bahwa sesimpel apapun yang kita lakukan bisa mempunyai arti banyak bagi orang lain.
Saya sangat percaya bahwa satu senyuman bisa membantu orang lain lain menjadi ikut tersenyum. Satu sapaan selamat pagi bisa membuka hari orang lain menjadi indah.
Ini salah satu kelemahan saya. Saya suka terlalu ramah dengan orang lain dan saya cenderung beranggapan bahwa semua orang pada dasarnya baik. Akhirnya sekarang saya mulai menyadari bahwa walaupun pada dasarnya semua orang baik, tapi keadaan dan lingkungan membuat mereka menjadi tidak baik. Dan lagi lagi saya meyakini kalo saya baik sama orang, orang baik sama saya. Ah muter muter aja disitu hahaha.
Terakhir, saya baru menyadari kalo saya menemukan kepuasan dan sangat bahagia ketika saya bisa berbagi, menolong orang lain dan membuat orang lain senang. Makanya mungkin karena itu saya kepikiran punya yayasan kalau uda besar. Sampai saya memutuskan untuk pindah haluan dari bidang sains kemudian belajar bidang sosial. Termasuk pada akhirnya saya mengambil master dibidang CSR dan masuk menjadi karyawan perusahaan perkebunan di bidang sustainability.
Tapi sayangnya, saya terlalu malas untuk ikut ikut program atau aktivitas sosial maupun lembaga atau yayasan sosial. Saya lebih menikmati berbagi dan berkontribusi di sekitar lingkungan kecil saya sendiri dan sesekali dalam lingkungan besar. Tapi saya yakin tidak ada yang salah, karena kita bisa berbagi dimana saja dan kapan saja, dan karena kebahagiaan itu dapat ditemukan di mana saja.
Intinya (lagi), jangan pernah kita merasa miskin dan tidak mampu untuk memberi dan berbagi. Karena dengan memberi dan berbagi kita akan menjadi kaya. Saya selalu yakin Allah sudah mengatur rejeki kita dengan baik, dan diantaranya rejeki itu kita dapat pada saat kita memberi dan berbagi kepada sesama.
Selamat berbagi dan memberi! 🙂